Akan Ada Masanya

My Journey

Untuk setiap ‘masalah’ akan ada masanya.

Saya membicarakan ini dengan salah satu saudari saya. Kami hampir-hampir selalu berada di fase yang sama sejak pertama berkenalan. Dulu ketika masa-masa kuliah, berorganisasi, maka masalah yang muncul ya seputar itu. Galau bareng-bareng (itu mah kamu aja kali Ry :p). Karena dulu hidup seputaran itu, hampir-hampir ga ada hal lain dalam hidup kami maka kami menganggap biasa. Dan ketika lulus, maka muncul lah hal lain dalam kehidupan kami, bukan sekedar amanah organisasi lagi tapi kehidupan yang lebih ‘nyata’.

Dulu rasanya ga nyadar ketika ‘masalah’masalah’ itu datang, masih dalam tahap biasa aja. Masa-masa kuliah itu emang masa paling minim air mata, banyak senengnya. Dan ketika itu rasanya semua ada di posisi yang sama, makannya ketika ada masalah mikirnya “ah semua juga pasti ngerasain hal yang mirip”. Setelah lulus barulah ‘masalah-masalah’ ini lebih varitaif dan beberapa menguras emosi. Di masa ini kita ga punya temen sebanyak…

Lihat pos aslinya 192 kata lagi

Pelangi Setelah Badai

My Journey

Apakah setiap habis selesai badai, pelangi akan muncul?

Jawabannya bisa iya, bisa tidak.

Tak perlu mengharapkan pelangi hadir setelah badai.

Sebab bisa jadi kita kecewa bila ia tak hadir setelah badai.

Hanya saja, ketika badai itu hadir,
yakinlah bahwa badai itu pasti akan berlalu.

Sebab ini dunia,
tak ada yang bersifat abadi di dalamnya.

Ia akan berlalu,
akan selesai dengan atau tanpa kehadiran pelangi setelahnya.

Lihat pos aslinya

It’s ok

My Journey

It’s ok for you
for not knowing the reason why you feel that way

It’s ok for you
for crying in the middle of night and had no idea why

It’s ok for you
for feeling so jealous over something small

It’s ok for you
though no one understand

It’s ok for not ok

That way you’ll grow

But you have to know that God will always be there.

🙂

Lihat pos aslinya

Jangan Pernah Kehilangan Cita-cita…

By : Ust. Abu Qawwam
#share dari grup whatsapp, semoga Allah Memberkahi penulis aslinya, aamiin..

================================
Buat kawan-kawan Para Penghafal Al-Qur’an…
Kita semua pernah punya mimpi.
Punya cita-cita.
Menjadi penghafal Qur’an.
Menjadi penjaga Al-Qur’an.
Menjadi Ahlul Qur’an.
Pada awalnya datang dengan agak malu-malu ke halaqoh Qur’an karena ingin bisa. Tapi sungkan juga karena merasa belum bisa.
Ingin kayak mereka, menjadi hafizh Qur’an.
Lalu datang tiap pekan.
Membaca Al-Qur’an menjadi nikmat. Hati menjadi lapang. Dan mimpi pun mulai terjalin. Janji mulai tercipta…
Ingin menjadi penghafal Al-Qur’an. Ingin menjadi ahlul Qur’an.
Lalu waktu terus berjalan. Belajar menjadi keharusan. Jadwal mengaji pun ditetapkan. Baca Al-Qur’an dirutinkan.
Meski kemudian mulai berlomba dengan kesibukan…
Kalau tidak bertahan, mimpi akan terkikis pelan-pelan. Lalu lama-lama pudar. Akhirnya menyerah oleh keadaan.
“Saya nggak bisa.”
“Saya nggak bakat.”
“Saya malu mau bergabung lagi…”
***
Duhai jiwa… Jangan kalah oleh semangat setan. Mereka membangun mimpi mereka di atas dendam dan kebencian. Tapi ribuan tahun mereka tetap bertahan…
Sementara kita membangun mimpi ini di atas pondasi cinta.
Cinta kepada Allah…
Cinta Rasululah…
Maka buktikanlah bahwa ia lebih kuat dan lebih kokoh…
Target akhirnya adalah surga. Perjalanannya adalah sepanjang usia. Tidak masalah belajarnya di sini atau di sana. Yang penting esensinya sama.
Yang harus kita sesali adalah ketika kita berhenti. Tak melakukan kebaikan itu lagi. Kita mengubah waktu rutin kita menghafal Al-Quran dengan kegiatan yang tidak lebih baik darinya…
Padahal maut adalah pasti.
Dan surgaNya adalah kerinduan sejati…
***
Menghafal Qur’an bukan sekedar status sosial atau kegiatan pengisi waktu senggang.
Menghafal Qur’an adalah pekerjaan seorang Nabi.
Juga tugasnya Malaikat.
Menghafal Qur’an adalah tentang menjaga kalamullah. Di saat banyak orang meninggalkannya…
Menghafal Qur’an adalah usaha meniti anak tangga setingkat demi setingkat, menuju tingkatan surga yang tertinggi. Di mana di ujungnya kita akan bersama Rasulullah dan semua hamba Allah yang mulia.
Juga bertemu Dzat yang menciptakan langit, bumi dan semua yang ada di antara keduanya…
Adakah pertemuan yang lebih indah selain pertemuan dengan Allah di surga tertinggi sembari membawa kalamNya di lisan dan dalam hati?
***
Kelelahan adalah hal wajar dalam perjalanan. Istirahat sejenak. Lalu lanjutkan langkah.
Jangan berhenti, atau kita tidak akan sampai ke tempat tujuan…
Jangan pernah kehilangan cita-cita…
Atau hidup hanya sekadar menunggu mati…
Tetaplah semangat…
Dan senantiasa berdoa…
Semoga Allah meridhai kehidupan kita…

Wanita Adalah Aurat

RUMAH MUNGIL

Tulisan ini merupakan tulisan yang disalin dari web Buletin Al Fityah dengan judul asli Wanita adalah Aurat.
tumblr_niwmuyMjRh1qf8em3o1_1280

Dalam sebuah hadits shahih, Nabi ﷺ bersabda,

المرأة عورة وإنها إذا خرجت استشرفها الشيطان، وإنها لا تكون أقرب إلى الله منها فى قعر بيتها

Wanita adalah aurat, dan sungguh jika ia keluar maka syaitan akan ‘menjadikannya indah’. Dan tidaklah wanita itu lebih dekat kepada Rabb-nya daripada keadaannya ketika ia berada dalam rumahnya.” (HR. Ath-Thabrani dan lain-lain, dihasankan oleh Al-Albani).

Lihat pos aslinya 331 kata lagi

Anak 11 Tahun di Majlis Resmi Kekhilafahan

Catatan Kehidupan

Oleh: Budi Ashari Lc

Dalam buku: Umar bin Abdil Aziz Ma’alim al Ishlah wa at Tajdid karya Ali Muhammad ash Shalaby, juga buku Manhaj at Tarbiyah an Nabawiyah lith Thifl karya Muhamad Nur Suwaid, dicantumkan sebuah kisah yang menarik perhatian.

Saat Umar bin Abdul Aziz telah resmi menjadi khalifah, berdatanganlah rombongan-rombongan yang mengucapkan selamat dari berbagai wilayah. Di antara rombongan tersebut ada yang berasal dari wilayah Hijaz. Tidak ada yang istimewa dari rombongan tersebut kecuali bahwa orang yang mereka pilih untuk menjadi juru bicara di hadapan khalifah adalah seorang anak kecil.

Saat anak kecil itu mau mulai bicara, Umar bin Abdul Aziz mencegah: Sebentar nak, yang hendaknya bicara adalah orang yang lebih tua dari kamu.

Anak kecil itu berkata: Sebentar wahai Amirul Mukminin, seseorang itu tergantung dua hal kecil (pada fisiknya); hatinya dan lisannya. Jika Allah memberikan kepada hamba lisan yang mampu bicara dengan baik dan hati yang menjaga maka…

Lihat pos aslinya 680 kata lagi

Tentang “Kecenderungan”

Ada yang pernah bilang, hidup adalah kompetisi, bahkan dalam diri kita sendiri. Diri kita yang dulu terhadap diri kita hari ini..

Tentang “kecenderungan”, tulisan ini adalah tulisan yang ami buat di bulan Januari tahun 2014, karena suatu sebab. Tapi ga ami posting di blog, karena sejujurnya dulu ami kurang suka ngebahas tema ini di blog..

Tapi, terkait “kecenderungan” ini, sesungguhnya diri ami hari ini kalah oleh diri ami yang dulu. Maka, tulisan lama ini menjadi nasehat untuk diri ami sendiri, hari ini..

*****

Masa-masa SMA adalah waktu yang sangat berharga di mana ami mulai mengenal aktivitas da’wah di sekolah, aktivitas mentoring, dan mulai belajar sedikit demi sedikit tentang konsep kehidupan Islami. Bagaimana semestinya seorang muslim dan muslimah beribadah, bersikap, bergaul, berbicara, berpakaian, dsb.

Menginjak kelas 2 SMA, di tengah keasikan menjadi pengurus Dewan Keluarga Masjid (DKM) SMA, sebagaimana anak usia remaja lainnya, ami dan teman2 pengurus DKM yang lain pun sempat merasakan “kecenderungan” terhadap lawan jenis. Apa “kecenderungan” itu suatu kesalahan? Tentu saja bukan, karena di surat Ali Imran ayat 14, Allah pun Menyatakan bahwa kecintaan terhadap lawan jenis adalah salah satu kesenangan hidup di dunia yang diciptakan oleh Allah dalam pandangan manusia. Bukankah adanya “kecenderungan” itu juga sesuatu yang harus disyukuri karena itu menunjukkan bahwa kami adalah putra putri bangsa yang sehat secara psikis, normal dan mulai tumbuh dewasa.

Tapi, pernah ada satu fase di mana ami dan teman akhwat se-kelompok mentoring ami merasakan “kecenderungan” ini begitu melelahkan. Rasanya ingin dibuang saja ke lautan. Maka, kami pun bertanya pada teteh mentor kami yang bijak dan terlihat sangat merdeka dari berbagai “kecenderungan” terhadap lawan jenis seperti yang kami rasakan,

Teh, teteh kok bisa sih teh ga ada perasaan apa-apa sama ikhwan?” tanya kami langsung ke inti permasalahan.

Dan teteh mentor kami menjawab dengan jawaban yang saat itu kurang bisa ami pahami, “Mm, kenapa ya, soalnya teteh mikirnya nikah, jadi udah ga kepikiran suka-sukaan sama ikhwan
Ami gagal paham. Kok bisa ya, mikir nikah jadi ga suka lagi sama ikhwan. Bukannya justru kalau seseorang mikirin tentang nikah, berarti dia lagi suka sama seseorang. Kan kalau mau nikah harus suka dulu sama seseorang, gimana mau nikah kalau lagi ga suka sama orang?

Saat itu, ami benar2 ga paham, tapi juga tak melanjutkan pertanyaan. Sampai akhirnya, waktu yang menjelaskan maksud pernyataan itu.
Di awal perkuliahan, Allah Mempertemukan ami dengan sebuah notes di facebook yang di-share seorang teman. Notes tersebut berisi tips dari temannya teman ami untuk menjaga hati dari “kecenderungan” terhadap lawan jenis. Bagaimana caranya? Beliau bilang caranya adalah berfikir untuk menikah. Wah, menarik, ini sama dengan jawaban teteh mentor ami waktu itu, tapi kali ini ada penjelasannya.

Beliau bilang, bahwa cara menjaga hati yang beliau lakukan adalah dengan “meyakini bahwa setiap orang telah diciptakan berpasang-pasangan, jodohnya telah ditentukan, dan kelak (insyaa Allah) beliau akan menikah.
Selanjutnya, untuk menjaga hati agar “kecenderungan” tidak muncul karena kita sibuk mengira-ngira atau berharap seseorang menjadi jodoh kita, adalah dengan berfikir bahwa “satu-satunya laki-laki (non-keluarga) yang akan dicintainya (beliau seorang akhwat) adalah laki-laki yang kelak mengetuk pintu rumahnya, menghadap kepada ayahnya, dan menyatakan niat laki-laki tersebut untuk menikahinya. Laki-laki yang saat ini entah siapa, entah berwujud seperti apa, entah ada di mana dan sedang berbuat apa, tetapi insyaa Allah kelak dia akan datang, dengan penuh keyakinan dan keberanian, bersedia menerima kita apa adanya, memimpin, menjaga, membimbing, memenuhi kebutuhan, dan mengambil alih tanggung jawab dunia akhirat diri kita dari pundak ayah kita. Bukankah laki-laki itu kelak menjadi laki-laki yang paling luar biasa di samping ayah kita?”

Akhirnya ami pun paham maksud teteh mentor ami waktu itu. Berfikir menikah yaitu berfikir kalau satu-satunya cinta atau “kecenderungan” pada lawan jenis yang berhak muncul hanyalah cinta setelah menikah, pada seorang “laki-laki luar biasa” yang sudah halal menjadi pasangan kita. Karena itu, perasaan cinta atau “kecenderungan” pada lawan jenis yang timbul sebelum pernikahan, pada seseorang yang belum menjadi pasangan kita, dan belum tentu akan jadi pasangan kita pun, menjadi tidak menarik lagi untuk dirasakan. Dan itu juga yang coba ami rasakan selama beberapa tahun terakhir.

Tapi ada sedikit tambahan, setelah ami mengamati beberapa proses pernikahan orang-orang di sekitar ami, ami menyadari bahwa seorang laki-laki yang sudah menghadap ke orang tua dan menyatakan niat ingin menikahi seorang akhwat pun belum tentu jadi menikah dengan akhwat tersebut. Rasanya ga ingin, udah punya perasaan ke seseorang yang baru datang ke orang tua, karena belum tentu dia yang akan benar-benar jadi pasangan kita. Karena itu, buat ami pribadi, ami ingin berusaha agar satu-satunya laki-laki yang akan ami cintai hanyalah laki-laki yang benar-benar udah sah mengucap akad nikah dengan ami.

Maka, mau ada peristiwa seheboh apapun di luar sana, mau ada laki-laki sebaik, seshaleh, secerdas, sekaya, se-se-se-segimanapun di sekitar kita, atau saat mulai merasakan ada “kecenderungan ” terhadap lawan jenis karena tekanan dari luar dan bisikan setan yang terus berusaha menggoda hati kita, kita berusaha kembali lagi ke keyakinan di atas bahwa jodoh kita telah ditetapkan, entah seperti apa dia, tapi dia ada, entah di belahan bumi mana, sedang dibentuk seperti apa oleh Allah, tapi kelak dia akan datang, tepat pada waktunya dengan cara terbaik yang ditetapkan-Nya. Dan kelak, dia akan menjadi seseorang dengan pengorbanan paling besar untuk hidup kita (selain orang tua). Maka kita harus menghargai dia dari sekarang, caranya dengan menjaga hati dan perasaan kita, agar cinta kita terhadap lawan jenis hanya kita beri untuk dia. Sehingga dia pun menjadi seseorang yang sangat spesial untuk kita, satu-satunya tanpa saingan…

Karena itu, ami mohon maaf sebesar-besarnya, kalau sikap ami saat ini jadi terasa kurang baik saat menghadapi “kecenderungan-kecenderungan” yang timbul di sekitar ami. Maafkan, bukan maksud ami tak menghargai perasaan-perasaan seperti itu. Itu salah satu fitrah manusia kok, memiliki “kecenderungan” bukan suatu kesalahan, sebagaimana Ali dan Fathimah yang diam-diam sudah saling memiliki “kecenderungan” sejak sebelum menikah, juga “kecenderungan” Thalhah pada Aisyah yang tak mungkin berujung di pernikahan karena Aisyah menikah dengan Rasulullah SAW. Wallahu a’lam..

Memiliki “kecenderungan” saja memang tidak salah, yang salah itu kalau “kecenderungan”nya tidak dikelola dengan baik. Dan Islam sudah punya pedoman pengelolaan yang lengkap, untuk seseorang yang sedang dianugerahi sekaligus diuji dengan “kecenderungan” seperti itu. Cara yang paling baik adalah menikah, tapi bila ini belum bisa dilakukan, maka berpuasalah, karena puasa mengajarkan kita untuk kuat dan sabar dalam mengendalikan keinginan atau kecenderungan. Di samping itu, karena “kecenderungan” yang normal terjadi terhadap lawan jenis, Allah juga menurunkan aturan pergaulan untuk lawan jenis yang bukan mahram, misalnya tidak berduaan, menghindari interaksi yang tidak urgen, menundukkan pandangan, dll. Semua aturan ini Allah turunkan agar “kecenderungan” dapat dikendalikan sehingga tidak menimbulkan perzinaan, kerusakan dan kerugian.

Semoga Allah menganugerahi kita semua kemudahan untuk taat, keistiqamahan, dan kekuatan untuk menjaga hati dan diri kita dari hal-hal yang dilarang-Nya, aamiin..

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan sekali-kali dia berduaan dengan seorang perempuan yang tidak bersama mahramnya, karena yang ketiganya ialah syaitan.”( HR.Ahmad)

Allah SWT berfirman, “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaknya mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya.” (QS.24: 30)

Allah SWT berfirman, “Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya.” (QS.24: 31)

Rasulullah SAW bersabda, “Pandangan mata adalah salah satu dari panah-panah iblis, barangsiapa menundukkannya karena Allah, maka akan dirasakan manisnya iman dalam hatinya.”

Rasulullah saw. Bersabda, “Wahai Ali, janganlah engkau ikuti pandangan yang satu dengan pandangan yang lain. Engkau hanya boleh melakukan pandangan yang pertama, sedang pandangan yang kedua adalah resiko bagimu.
(HR Ahmad)

… Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit di dalam hatinya…” (Al Ahzab: 32)

Dan janganlah kalian mendekati zina. Sesungguhnya zina itu perbuatan keji dan jalan hidup yang buruk.” (Al-Isra [17]: 32)

*Sebetulnya geli banget nulis kaya gini :(, tapi semoga bermanfaat dan bisa dipahami

Berubahlah..

Ketika seorang saudarimu memberi nasehat dan menunjukkan salah satu kekuranganmu,

ketika kau bercermin pada orang-orang di sekitarmu dan menemukan keburukan-keburukan mereka pun ada pada dirimu,

ketika kau melakukan introspeksi, dan menemukan ada banyak sekali aib, kekurangan, dan keburukan dirimu,

berubahlah 🙂

bukan untuk diratapi, “kenapa aku seburuk ini, huhu”,
bukan untuk berputus asa, “tak ada harapan lagi, diriku memang seburuk ini”,
bukan untuk menyalahkan keadaan, “berubah pun percuma, mereka akan tetap memandangku seburuk itu”..

Tetaplah,, berubah 🙂
selagi masih ada nafas, tandanya harapan itu masih ada,
putus asa hanya milik orang yang tak beriman,
jangan berubah karena ingin merubah pandangan manusia, berubahlah karena ingin meraih cinta-Nya,
berubahlah, karena Allah 🙂

Manusia bisa jadi tak memberi kesempatan, tapi Dia, selalu memberi kesempatan,
tuh buktinya nafasmu masih ada,
jarum jam masih berputar,
kenapa harus menyiakan kesempatan dari-Nya hanya karena manusia?

berubahlah,,
tangan ke kanan, ke atas, ke kiri (gaya ultraman mau berubah)
BERUBAH!!! 🙂

Allah tak akan merubah keadaan suatu kaum sebelum mereka merubah keadaan diri mereka sendiri..
Cinta-Nya menantimu di sana..

Semangat perbaiki diri..
Berubahlah.. Lillah..

Qur’an Weekly Ustadz NAK – Menyembuhkan Hati yang Terluka

Ust. Nouman Ali Khan – ‘Juz 20 – Menyembuhkan Hati Yang Terluka’

“Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa. Sesungguhnya hampir saja ia menyatakan rahasia tentang Musa, seandainya tidak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah).” [QS. Al Qashash: 10]

Assalaamu alaykum Quran Weekly.

Alhamdulillah kita sekarang di juz ke-20, membicarakan salah satu ayat kesukaan saya, dari surat Al-Qashash yang membicarakan tentang ibunya Nabi Musa Alahis Salaam. Saya pilih ayat ini karena terasa sangat dekat dengan hati saya, karena beberapa hal dan hal yang terpentingnya adalah setiap manusia pernah mengalami pengalaman yang membuat trauma.

Ada yang merasa sakit karena kehilangan orang yang dicintai, karena rasa sakit yang diakibatkan oleh ucapan orang yang kita cintai. Misalnya yang dikatakan orang tua kita atau yang kita katakan pada orang tua kita. Kata yang menyakitkan yang diucapkan anak kita, atau yang diucapkan oleh sepasang suami istri, atau yang diucapkan oleh teman atau karena pengalaman yang membuat trauma seperti kehilangan pekerjaan, kehilangan rumah atau yang lebih buruk lagi. Beberapa orang di dunia hidup dalam keadaan yang memilukan yang tak dapat kita bayangkan penderitaannya. Beberapa anak hidup menderita, yang saya bahkan tak bisa bayangkan bila anak saya yang mengalaminya.

Itulah kenyataan yang dihadapi oleh beberapa orang dan ayat yang satu ini, bagi saya, adalah ayat yang sangat memberikan harapan. Karena bila seseorang terluka, bila orang terluka perasaannya, mereka merasa tak akan dapat sembuh dan tak bisa kembali menatap hidup lagi.

Ibunya Nabi Musa dihadapkan dengan ujian yang amat luar biasa berat, ia harus menaruh bayinya di air. Seorang Ibu harus menaruh bayinya di air, itu bukanlah suatu hal yang dapat dibayangkan oleh seorang Ibu. Dia hanya punya dua pilihan, melihat anaknya disembelih oleh tentara Fir’aun di depan matanya atau menaruh anaknya di keranjang yang belum teruji anti air lalu ia jatuhkan keranjang ke sungai.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berkata, ketika ia menaruh bayinya di air sungai, ia lakukan atas ilham, yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala karena perasaannya tak mampu melakukannya, maka Allah bantu ia melakukannya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, ‘Dan menjadi kosonglah hati ibu Musa.’ Karena rasa trauma melepas anaknya pergi mengalir di air sungai dan tidak bisa bersamanya lagi. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya, apakah ia akan tenggelam, apakah ia akan tertangkap oleh tentaranya Fir’aun, apakah keranjangnya akan terbalik, ia tak tahu. Hal terburuk mungkin terlintas dipikirannya, hati ibunya Musa menjadi kosong, hatinya menjadi kosong.

Ketika seseorang mendengar kabar buruk, dan kamu lakukan seperti ini (melambaikan tanganmu di depan mukanya), tapi ia tak berkedip, tak berbicara, cuma bisa diam, perasaannya lumpuh. Itulah kondisi ibunya Musa saat itu. Hampir saja ia buka rahasianya, dia hampir saja berlari dan berteriak “Itu bayi saya, itu bayi saya”, tapi kalau ia berteriak, maka bayinya akan dibunuh lalu Allah berfirman, ‘Seandainya tidak Kami teguhkan hati-Nya, jika tidak Kami ikat hatinya. Jika Kami tidak jaga hatinya.’

Allah jadikan hatinya yang tadinya bergelora (fuad) dan di ayat yang sama, Allah gunakan kata lain dari ‘fuad’ yakni kata ‘qalb’, lalu Allah jadikan hatinya tenang, membuatnya kembali ke kondisi normal. Allah katakan, bahwa ia mampu melakukannya. Ada orang-orang yang hatinya mengalami trauma, dan ia tak bisa pulih. Kenapa tidak bisa? Karena Allah tak melepaskan hatinya, Allah belum melepasnya.

Terkadang manusia memang tak memiliki kemampuan untuk pulih dari kondisi ini, tapi dari ayat ini kita tahu bahwa Allah dapat menyembuhkannya. Kamu mungkin berkata, “Perasaan saya tak bisa untuk memaafkan kamu”, tapi Allah Subhanahu wa Ta’ala bisa jadikan hatimu mampu melakukannya. Kamu mungkin berfikir, “Saya sangat terpukul atas apa yang terjadi, tidak mungkin saya bisa kembali ke kehidupan saya”, tapi keimananmu kepada Allah itu cukup untuk membuatmu kembali kepada hidupmu.

“Jika tak Kami teguhkan hatinya, supaya ia termasuk orang-orang yang percaya (kepada janji Allah).” Ibu mana yang tidak trauma bila melihat bayinya dihanyutkan di sungai dan tak bisa melihatnya lagi? Bagaimana dia bisa pulih? Tapi Allah berikan kekuatan di hatinya. Tak hanya dia bisa pulih, bahkan ia pun bisa berfikir jernih setelahnya untuk kemudian mengirim saudarinya (mencari tahu Musa).

Ia sama sekali tak akan bisa berfikir, jika Allah tak campur tangan. Maka Allah akan turut campur tangan atas kondisi perasaan kita. Ibunya Musa bukanlah seorang nabi namun ia adalah orang yang beriman. Yang artinya ini kesempatan bagi kita juga. Apapun trauma yang kamu hadapi, ketahuilah, bahwa Allah dapat campur tangan untuk memberi ketenangan dalam fikiran ketenangan dalam hatimu dan Allah Subhanahu wa Ta’ala pun dapat memberimu kedamaian lagi. Apakah itu kegelisahan, ketakutan, kesedihan ataupun kemarahan. Apapun perasaan atau kejadian yang melukaimu. Allah dapat menghilangkan luka itu sepenuhya.

Saya berdoa agar kamu bisa memintanya kepada Allah, agar dapat menghilangkan luka itu. Dan semoga Allah dapat memberimu kekuatan di hati, sehingga dapat menjadikanmu orang yang benar-benar beriman yang hidup dalam keadaan spiritual dan emosi yang sehat.

BarakAllahuli walakum, Assalamu alaikum wa rahmatullahi wa barakatuh.

*Transcript dari video Islam IDN https://www.youtube.com/watch?v=lDr4Im5Qwik

**Reupload YouTube NAK Indonesia https://youtu.be/ycVa2iDzBU4

***Reupload FB NAK Indonesia https://www.facebook.com/video.php?v=1645896438957623

Follow NAK Indonesia:

http://nakindonesia.tumblr.com

https://twitter.com/NoumanAliKhanID

https://instagram.com/nakindonesia

https://www.facebook.com/NoumanAliKhanIndonesia

https://www.youtube.com/NAKIndonesia