Istirahat dulu ya Ma :)

Beberapa waktu terakhir, ada banyak peristiwa berkesan yang terjadi di sekitar ami. Salah satunya, menyaksikan teteh (kakak perempuan) ami menikah hari Ahad, 10 Maret 2013 pekan lalu. Hwaaa, masyaAllah :'”)

Banyak  hikmah yang ami dapat dari rangkaian kejadian-kejadian yang terjadi sebelumnya. Ami penonton setia semua proses yang dijalani teteh dari awal ta’aruf sampai pernikahan berlangsung. Lumayan, jadi referensi masa depan, hehe.

Tapi yang paling berkesan dari semua kisah di balik pernikahan teteh, adalah tentang Mama.

Ini pernikahan pertama di keluarga kami. Ami menyaksikan sendiri betapa besarnya kasih sayang Mama yang diwujudkan dengan ikhtiar tanpa henti menyiapkan berbagai pernak-pernik pernikahan teteh. Tanpa Wedding Organizer (WO), mama meng-organize hampir semuanya sendiri selama hampir tiga bulan, rumah yang akan digunakan untuk resepsi, catering, pelaminan, kursi dan tenda, busana dan rias pengantin, administrasi ke KUA, undangan, dll.

Ujian Kompetensi Dokter yang harus teteh ikuti mendadak dimajukan ke bulan Februari, sehingga teteh baru bisa fokus membantu mama mempersiapkan pernikahannya sekitar 2 minggu sebelumnya. Mama terlihat lelah, sangat lelah. Dua hari sebelum acara resepsi, sekitar jam 1 malam, mama tiba-tiba keluar dari kamar. Ami yang lagi begadang di ruang tengah bertanya ada apa. Mama bilang, ga bisa tidur, mikirin pernikahan teteh… Mama…

Dan si ami yang nakal ini, ga bantuin banyak, seperti “menutup mata” dengan tetap pergi pagi pulang malam. Mama pernah bilang, “Ami mah ngurusin orang aja, ga ngurusin rumah.” Waktu itu mama terlihat sangat kecewa, karena ami minta izin pergi pagi (untuk rapat), padahal mama tau pagi itu ami ga ada kuliah dan semestinya bisa bantuin mama dulu mengerjakan banyak hal di rumah. Mama marah :'(. Tapi pagi itu, entah kenapa ami sedang sangat nakal sehingga memutuskan untuk tetap berangkat. Dan mama, tetap menyiapkan sarapan dengan penuh kasih sayang. Ketika ami berpamitan pun, sikap mama sudah biasa saja, tidak menunjukkan kekecewaan atau kemarahan lagi… Mama…

Di malam sebelum pernikahan, sampai jam 11 mama belum tidur karena sound system belum datang. Masih menyapu dan merapikan ini-itu. Ami yang bulak-balik ke lantai bawah untuk minta mama istirahat pun akhirnya menyerah. Entah mama tidur jam berapa, yang pasti saat ami bangun, mama sudah bangun, bersiap untuk shalat malam… Mama…

Di hari pernikahan teteh, mama berdiri di pelaminan hampir seharian, menyambut tamu-tamu yang datang. Mama lelah, mama terlihat sangat lelah, tapi mama juga terlihat sangat bahagia melihat acara yang berjalan lancar… Mama…

Kasih sayang dan kekuatan seorang Ibu benar2 tak terlukis dalam kata ya. Seperti tak mungkin keluar hanya dari sosok seorang perempuan yang katanya lemah. Karena terlalu besar, terlalu hebat…

Allah, Kau buat dari apa, hati dan fisik seorang Ibu?

*****

Berselang dua hari setelah pernikahan teteh, aa (kakak laki-laki) ami melamar sekaligus melangsungkan akad nikah dengan akhwat pilihannya. Masya Allah. Ada cerita di balik semua peristiwa, kenapa harus secepat ini, dan ami tetap jadi penonton setia, hehe..

Dalam waktu tiga hari, orang tua ami mendapat dua menantu, kakak ami jadi empat. Dan analisis ami semakin menguat, kalau saat berlangsung akad nikah, umumnya orang tua yang menangis deras adalah ibu mempelai laki-laki dan ayah mempelai perempuan. Mungkin karena posisi mereka yang digantikan oleh pasangan baru anak-anaknya *ngarang*.

Dan ada lagi yang menangis deras, adik perempuan dari mempelai laki-laki. Entah kenapa, adik perempuan ami yang selama ini memang sangat disayang dan dimanja sama aa, menangis deras sekali. Ami juga nangis, sama kaya waktu teteh nikah, tapi ga sederas adik ami. Waktu teteh ami nikah, adik ami ga nangis, mungkin karena masih ada ami (kakak perempuan yg belum nikah dan masih bisa main2 sama dia). Tapi pas aa ami nikah, rasanya seperti kehilangan kakak laki-laki satu2nya karena aa punya “adik baru”, heu. Sementara, teteh yang udah punya “kakak laki-laki” baru terlihat tetap bahagia, hehe..

Yah, mungkin itu yang disebut dinamika kehidupan, hehe. Cepat atau lambat, tahap ini memang harus kami jalani. Dan segala puji bagi Allah yang telah mempertemukan kakak-kakak ami dengan pasangan-pasangan hidupnya, memberikan kedua orang tua ami dua orang menantu yang insyaAllah shalih shalihah dan menyayangi papa mama. Alhamdulillah 🙂

*****

Oiya, di hari pernikahan aa, dua kali mama mendo’akan ami, “Semoga ami dapat yang shaleh juga, aamiin..”. Mama, yang masih terlihat lelah (namun sangat bahagia) setelah mengantarkan aa dan teteh ke gerbang pernikahan, seperti mulai bersiap-siap untuk mengantarkan ami juga ke gerbang yang sama -.-

Maka, ami pun berkata (tepatnya memohon) pada mama, “Mama, udah ga usah mikirin ami dulu, mama istirahat aja. Tenang aja, nanti juga ada waktunya. Ami sampai juli mau fokus dulu ngerjain TA. Udah mama istirahat dulu aja ya…” 🙂

Ami ingin sekali beberapa waktu ke depan, mama bisa menjalani hari-hari lagi dengan tenang, tidak dipusingkan lagi dengan berbagai persiapan pernikahan. Menikmati hari-hari yang tenang, menyaksikan rumah tangga aa dan teteh yang rukun dan bahagia, dan menyaksikan ami *yang nakal ini* semakin shalihah dari hari ke hari, berbakti sama mama dan wisuda sarjana bulan Juli ini, aamiin Allahumma aamiin..

Semangat!!!  UTS dan TA, Wisuda JULI pasti BISA, insyaAllah!!!  \(^o^)/

4 komentar di “Istirahat dulu ya Ma :)

  1. amiiii :’)
    aku juga sayang sama mama ami.
    aku juga kagum sama beliau.
    di tengah kelelahannya yang pasti sangat luar biasa pada waktu, beliau masih bisa memberikan pelukan hangat khas seorang ibu :’)

    semoga Allah SWT semakin sayang sama mama ami yaaaa..

    yuk semangat per-akademik-an kitaaaa my-partner-in-everything

    love youuuuuuu ❤

    • Araaaaai :’)
      iya arai, mama arai, mama ami, dan mama-mama lainnya itu luar biasa,
      semoga kelak kita bisa menjadi mama yang luar biasa seperti mereka, aamiin 🙂

      love yoouuuuuu too, may-partner-in-everything-in-dunya-wal-akhirah, aamiiin 🙂

Tinggalkan komentar